
Tanggal 23 Juli 2025 berlalu dalam arus perputaran hari yang tak sadari. Salah satu alasannya, sehari ini berlalu tanpa koneksi dengan aktivitas umumnya sebagian mahkluk sosial, dibutuhkan. Tidak punya kesempatan membuka-buka media sosial, media online atau berita-berita, yang biasanya saya mencarinya.
Di ujung hari itu, ketika membuka handphone saya dikirimkan pesan dari salah seorang (selanjutnya akan disebut Dia), biasanya akrab dipanggil bapa, yang pernah menemani beberapa kali dalam proses hukum, ketika dikriminalisasi gerakan-gerakan dan aktivitas advokasi di masa kuliah. Dia menuliskan pesan itu demikian, “23 Juli berlangsung Act of free choice (pemilihan tindakan bebas) di Fakfak. Selamat pagi, Tuhan memberkati”.
Saya pikir dia telah melupakan saya, karena dari jarak secara geografis, admistrasi pemerintah yang telah memisahkan menjadi berbeda provinsi, juga waktu yang cukup lama setelah menjadi seorang yang melepaskan pendidikan tinggi pada dua tahun lalu lalu. Tapi entahlah dia mengingat saya karena apa? Mungkin jawabannya misterius untuk dijawab secara objektif dan tepat. Namun ada satu dugaan, memang jawaban asumsi. Sangat dekat dengan pandangannya tentang sejarah dan keberadaan saya.
Merawat Benih Sejarah
Hari yang dia mengirimkan itu, bertepatan dengan hari Anak Nasional. Dia tidak menulis ucapan selamat sebagai anak dalam momentum itu. Namun berbeda bunyinya dan bunyinya itu digunakan dalam alunan suara peringatan hari Anak Nasional. Dalam momentum itu, dia sebagai seorang ayah datang mengingatkan kepada anak tentang cerita masa lalu di Bumi cendrawasih. Itu satu kewajiban seorang ayah untuk mewarisi sejarah, mentransmisikan pengetahuan tentang dunia kita di Bumi Cendrawasih. Supaya tahu, ingat, dan juga menumbuh kembangkan sembari merawat.
Dia melawan kekosongan kewajiban seorang ayah, seorang yang memahami tentang masa lalu, mengisolasi dalam ingatan dan pikirannya sendiri. Berupaya menitipkan di areal yang bisa menumbuhkan menjadi benih, memungkinkan tumbuh kembang di bumi cendrawasih.
Merawat setiap benih sejarah yang akhirnya membentuk kesadaran, membentuk arah hidup, membentuk penafsiran yang memastikan diri dari mana, sedang kemana dan akan seperti apa dalam dunia yang telah terjerat di sini adalah pesan yang terselip dibalik pesan paitu ini.
Oleh : Wegobi/Yapkema