
Deiyai, Papua – Tradisi sumbangan sukarela telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya masyarakat kampung-kampung di Papua, termasuk di Kampung Bomou, Kabupaten Deiyai. Tradisi ini mencerminkan semangat solidaritas dan gotong royong yang tinggi di tengah masyarakat, khususnya dalam menghadapi berbagai persoalan besar atau mendukung kegiatan-kegiatan penting yang membutuhkan dana dalam jumlah besar.
Kampung Bomou yang terdiri dari tujuh desa/kampung ini dikenal memiliki solidaritas sosial yang kuat dalam menyelesaikan berbagai persoalan besar. Salah satu peristiwa yang menjadi bukti nyata adalah ketika masyarakat bahu membahu menggalang dana untuk membantu seorang mahasiswa asal Bomou yang terlibat dalam kecelakaan di Jayapura. Peristiwa tersebut menimbulkan kewajiban pembayaran “uang kepala” senilai Rp5 miliar, dan berhasil diselesaikan berkat sumbangan sukarela dari seluruh warga Bomou.
Semangat yang sama kini kembali muncul dalam rangka mendukung suksesnya peresmian Gereja Kingmi Kalvari Bomou II yang direncanakan akan digelar pada bulan September mendatang. Informasi mengenai penggalangan dana sukarela untuk peresmian gereja ini mulai beredar pada 29 Juli lalu, meskipun belum diumumkan secara resmi oleh panitia. Namun, respons dari warga sangat luar biasa.
Yance Pakage, Ketua Panitia Peresmian Gereja, menyampaikan apresiasi yang mendalam kepada seluruh masyarakat yang telah menunjukkan kepeduliannya. “Kami sangat berterima kasih kepada semua pihak, khususnya warga Bomou dari ujung Kampung Amago hingga Oneibo, yang telah hadir dan memberikan sumbangan dengan sukarela. Walaupun informasi yang beredar belum resmi, tetapi respons dan semangat dari masyarakat sangat luar biasa,” ujarnya.
Lebih lanjut, Pakage mengungkapkan bahwa kondisi ekonomi masyarakat Bomou sedang mengalami tantangan berat, terutama karena beberapa bulan terakhir terjadi musibah kematian babi yang menjadi sumber utama penghidupan warga. Namun, di tengah kesulitan tersebut, masyarakat tetap menunjukkan solidaritas tinggi demi suksesnya pembangunan rumah ibadah.
“Kami hidup dari beternak, termasuk ada yang menjadi pegawai, tetapi saat ini kami tengah mengalami krisis ekonomi karena musibah kematian babi. Namun begitu, kami tetap bangga dan sangat berterima kasih atas semua bentuk sumbangan sukarela dari warga,” tambahnya.

Pembangunan Gereja Kingmi Kalvari Bomou II sendiri telah berlangsung cukup lama. Diperkirakan pembangunan dimulai sejak tahun 2009 atau 2010, dan baru tahun ini akan diresmikan. Proses yang panjang ini menggambarkan ketekunan dan komitmen masyarakat dalam membangun pusat ibadah sebagai sarana spiritual dan sosial bagi seluruh jemaat.
Pakage juga mengajak seluruh warga Bomou, termasuk sembilan jemaat gereja yang ada, untuk menjadikan momen ini sebagai titik awal membangun persatuan yang lebih kokoh, tidak hanya dalam penyelesaian masalah besar, tetapi juga dalam proses pembangunan dan pengembangan gereja ke depan.
“Mari kita semua bersatu, tidak hanya ketika ada musibah atau masalah besar. Tapi mulai sekarang, dalam pembangunan gereja pun kita harus bersatu. Ini penting untuk kekuatan kita sebagai warga jemaat di Bomou,” tegasnya.
Senada dengan hal itu, beberapa tokoh masyarakat dan kepala suku di Bomou juga mengungkapkan komitmen mereka untuk terus mendukung kegiatan-kegiatan keagamaan di kampung mereka. Mereka menilai bahwa kebersamaan yang ditunjukkan saat ini harus dijadikan landasan bagi generasi muda untuk terus menjaga nilai-nilai tolong-menolong, saling menghargai, dan meringankan beban satu sama lain.
“Kebersamaan ini adalah warisan budaya yang harus dijaga. Tidak hanya untuk hari ini, tetapi sebagai dasar kuat bagi anak cucu kita ke depan. Dalam suka maupun duka, gereja harus menjadi tempat pemersatu dan penguat tali kasih antar warga,” kata salah satu tokoh adat.
Peresmian Gereja Kingmi Kalvari Bomou II tidak hanya menjadi momentum spiritual, tetapi juga simbol kuat dari semangat gotong royong dan persatuan warga Bomou. Tradisi sumbangan sukarela yang terus dipelihara menjadi bukti nyata bahwa di tengah tantangan hidup, masyarakat tetap mampu menyalakan harapan melalui kebersamaan.
Oleh : Simion/Yapkema