
“Apa yang telah dan akan anak-anak muda Papua lakukan setelah mereka lulus kuliah?”
Pertanyaan itu diajukan oleh Direktur Yayasan Pembangunan Kesejahteraan Masyarakat (YAPKEMA) Papua, Hanok Herison Pigai, dalam pembukaan Pelatihan Pemuda ke-2 untuk komunitas dan kelompok mahasiswa yang digelar oleh Yapkema di Asrama Puncak, Nabire, 26 April 2025.
Pertanyaan yang diajukan untuk mendorong puluhan peserta merefleksikan peran mereka saat ini dalam masyarakat. Direktur Yapkema mengingatkan bahwa para pemuda dan mahasiswa adalah ‘agent of change’ atau agen perubahan. Karena itulah pemuda harus bergerak, bekerja untuk menciptakan perubahan.
Situasi dunia yang semakin buruk dan perubahan iklim, telah mengancam langsung kehidupan manusia Papua, khususnya saat ini oleh Program Strategis Nasional (PSN) di Merauke, demikian paparan Hanok Herison Pigai.
Dalam pelatihan bertajuk Pengenalan, Pencegahan Penyakit Menular Seksual (IMS) dan Literasi Digital untuk anak Muda Papua, Direktur YAPKEMA mengajak anak-anak muda Papua saat ini untuk melindungi kehidupannya, “Hanya kau yang bisa melindungi tanahmu, hanya kau yang bisa menjaga tubuhmu sendiri,” tegas Pigai.
Hanya dengan itulah anak muda Papua punya modal dasar untuk membangun eksistensinya. “Harus berani, konsisten belajar, mencoba hal baru diluar lingkaran sendiri, ambil kesempatan dan rebut peluang,” kata Pigai.

Direktur Yapkema mengingatkan perlindungan atas tanah dan tubuh adalah tugas anak muda sebagai agen perubahan. Untuk itu pengetahuan tentang pencegahan PMS perlu terus diperluas, sekaligus pengetahuan dalam menggunakan media sosial secara bijak untuk dapat membantu anak-anak muda Papua menunjukkan eksistensi yang nyata.
Kemudian entah mengapa, sejumlah pemuda terlihat adem dan penuh antusias mempersiapkan alat tulis, pandangan berfokus pada narsumber. Seolah-olah mereka sedang menikmati penjelajahan dalam sebuah hutan rimba yang penuh mistik.
Sayangi Dirimu
dr Imelda Dimara, salah satu dokter yang bertugas di RSUD Intan Jaya membawakan materi tentang pengenalan dan pencegahan penyakit menular seksual atau PMS. Dengan pengalamannya, dokter Dimara membawa audiens dengan narasi-narasi ke-Papuan dan potensi pengetahuan empirik.
dr Dimara lalu mengajak peserta menutup mata, seperti hendak bermeditasi. Lalu ia membimbing peserta agar merentangkan tangan lalu memeluk diri sendiri dengan erat: “Sayangi dirimu. Kau berharga,” ujarnya.
Katanya, “ingatlah anda merupakan perjuangan Bapak dan Mama anda, dari sejuta sperma (bapa) hanya satu yang berhasil tembus, disambut oleh sel telur (mama) tempat bertumbuh. Itulah anda”.

Ia lalu mengajak para peserta untuk menarik dan menghembuskan nafas panjang sebanyak 3 kali. “Semua beban dan ingatan buruk masa lalu, lepaskan,” lanjutnya.
dr Spesialis Akupuntur Medis ini memulai penjelasannya lewat ajakan untuk menyayangi dan menghargai diri sendiri, dan meluangkan waktu untuk berdialog dengan diri sendiri. Melalui cara ini dr Dimara hendak menyampaikan bahwa perlindungan dan kesehatan diri sendiri dapat terwujud hanya jika seseorang menyayangi dan menghargai dirinya sendiri.
“Penyakit menular seksual ini hanya bisa didapat jika kita mengizinkannya, karena itu kenali dan cegah ia memasuki tubuh kita, dan minum obat teratur, disiplin, jika virus HIV itu sudah terlanjur hidup di tubuh kita,” kata dr Dimara saat menjelaskan jenis-jenis dan cara penularan PMS.
Ia mengutip data dari Dinas Kesehatan Provinsi Papua tahun 2024 yang menyebutkan total penderita HIV dan AIDS di Provinsi Papua Tengah mencapai 22.986 orang. Bisa dipastikan mayoritas dari angka itu diisi oleh anak-anak muda.
Pengenalan dan pencegahan dini adalah hal penting bagi semua pemuda. ‘Kitong sudah sedikit, berharap semua pemuda perlu memiliki pasangan yang baik dan saling baku jaga,” ujarnya.
dr. Dimara menjelaskan wujud menyayangi diri termasuk memilih pasangan yang tepat dan berhubungan yang sehat. “Saat menemukan pasangan, kita berhubungan dengan baik, menahan diri, memeriksakan diri, menunggu waktu yang tepat hingga di jenjang pernikahan.
Tetapi karena kita tidak bisa memaksakan niat pribadi masing-masing orang, bila tidak bisa menunggu, maka pastikan gunakan perlindungan kondom sebagai cara pencegahan masuknya virus melalui cairan tubuh, ujarnya.
Dia menjelaskan bahwa virus HIV ini setelah masuk di dalam tubuh akan memakan CD4 atau sel darah putih dengan sangat cepat. Sementara CD4 adalah banteng pertahanan tubuh dari berbagai penyakit, sehingga saat ia diserang virus HIV maka daya tahan tubuh menjadi lemah sehingga gampang jatuh sakit.
“Minum ARV secara teratur, di waktu yang sama setiap hari, adalah satu-satunya cara menekan pertumbuhan virus dan mengisolasinya di tulang belakang hingga virus bisa dibuat ‘mati suri’ karena tubuh sehat saat CD4 jumlahnya kembali normal. Inilah yang dilakukan oleh penderita HIV yang dapat hidup lama dan menjalani aktivitas keluarga seperti biasa,” kata Dimara.
Kembali kepada ajakan menyayangi diri, di akhir pemaparannya dr Dimara mengajak semua peserta untuk saling menjaga dan melindungi diri sendiri demi masa depan generasi Papua.

Kelola Media Sosialmu
Di dalam dua sesi selanjutnya peserta mendapatkan materi tentang literasi dan dilema bermedia sosial serta berbagi motivasi bersama Kaka Jose. Materi literasi media sosial dibawakan oleh Zely Ariane, Manager Personel Yapkema yang juga mantan editor media Jubi Papua serta pemerhati media sosial.
Pemateri memaparkan bahwa literasi adalah dasar atau landasan bagi munculnya teknologi digital dan media sosial. Literasi, yaitu kemampuan baca tulis dan berhitung yang digunakan manusia secara verbal lewat bahasa untuk mengolah dan menyampaikan informasi.

Melalui perkembangan digital, bentuk-bentuk informasi semakin berkembang. Data dapat diubah dan dipindahkan atau ditransmisikan dengan gampang dan cepat. Foto, gambar, video, audio semakin cepat beredar ke seluruh penjuru dunia yang memiliki sambungan internet. Dan media sosial, adalah medium yang mengantarkan semua informasi itu langsung ke tangan pengguna gawai atau smartphone tanpa batas.
Mengutip data pemerintah terkait Indeks Masyarakat Digital Indonesia (IMDI) tahun 2024, nilai IMDI Provinsi Papua Tengah sebesar 36,66% pada periode 2023-2024.
Indeks ini diperoleh dari 4 pilar, yaitu: insfrastruktur dan ekosistem penyediaan internet, keterampilan digital dalam mengakses dan menggunakan teknologi, penggunaan platform digital untuk pemberdayaan, dan pilar terakhir yaitu sejauh mana teknologi digital digunakan dalam pekerjaan.
Nilai Papua Tengah tersebut ada dalam kategori rendah. Dan pilar yang paling rendah adalah pemberdayaan digital. Artinya, kemampuan pengguna teknologi digital di Papua Tengah belum terarah untuk mengelola dan menghasilkan informasi positif, berguna, memberdayakan atau menguntungkan.

“Fenomena riil di masyarakat bisa kita lihat bagaimana media sosial lebih banyak digunakan untuk tujuan menyebarkan data, foto dan informasi tidak benar atau hoax, yang dampaknya bahkan bisa merusak kehidupan seseorang atau memicu konflik akibat salah paham,” ujar Zely dalam pemaparannya.
Dia mengingatkan tujuan-tujuan dibalik munculnya teknologi digital dan jejaring sosial. “Selain memang memudahkan, tujuan besar yang tidak kita sadari adalah teknologi itu bekerja untuk mencari keuntungan, sehingga misalnya jejaring sosial yg kita gunakan dipenuhi iklan, yang mendorong pengguna untuk terus online memantau gawainya, dari satu klik ke klik yang lain, terus menerus. Kita pikir itu gratis, tetapi sebenarnya yang bayar adalah iklan yang kita tonton dan data diri yang kita berikan,” ujarnya.
Pengguna juga membayar platform jejaring sosial seperti Facebook, Tiktok, X, Instagram, Youtube, Whatsapp dan sebagainya, melalui waktu yang ia habiskan setiap hari memantau jejaring itu. “Waktu habis memantau dan menelusuri notifikasi, komunikasi nyata tidak lagi terjadi, dialog untuk selesaikan masalah tak lagi dilakukan. Masalah-masalah hanya digelar di status-status atau foto-foto di media sosial, inilah salah satu wujud candu media sosial,” lanjutnya.
Pemilik perusahaan media sosial sangat senang jika pengguna banyak menghabiskan waktunya di platform mereka, atau jadi penyandu. Karena artinya pengguna aktif memantau, menonton, berinteraksi, membagi konten, hingga belanja. Ini semua adalah aktivitas kita yang memberi keuntungan besar bagi pemilik perusahaan sosial media.
Kecanduan media sosial menghasilkan petaka bagi pengguna namun menyumbang keuntungan bagi pemilik perusahaannya. Karena itu pemilik perusahaan Facebook, X, Google, Whatsapp, Youtube, Tiktok ada dalam daftar orang-orang terkaya di dunia.
Seperti telah diketahui, tingkat literasi di Tanah Papua masih sangat rendah, budaya non verbal masih dominan, ditengah kurangnya tenaga didik dan infrastruktur sekolah yang parah. Didalam situasi itulah penggunaan media sosial di Papua melonjak tak terkendali karena godaan pasar untuk membeli gawai setelah akses internet 4G mulai meluas.
Media sosial adalah medium yang menunjukkan wajah kita pada dunia. Semua orang dibelahan dunia manapun bisa mengakses data personal yang kita berikan. Tak lagi perlu baca tulis dan berhitung untuk buka media sosial.

Cukup perintah audio dan angka sederhana langsung diri pribadi terkoneksi ke dunia luas, bahkan tanpa diketahui orang-orang sekeliling.
“Dari sinilah masalah dimulai: penipuan, pemerasan, perdagangan orang, pemerasan seks, pornografi, pelecehan anak, perjudian, hoax, perundungan atau buli, penculikan, pencurian data, kekerasan dan berbagai kejahatan berbasis online lainnya,” kata Zely.
Oleh karena itu pemateri mengajak anak-anak muda Papua yang aktif menggunakan gawai untuk segera sadar dan ambil kendali penggunaan media sosial untuk hal-hal yang positif saja.
Beberapa cara yang ditawarkan adalah:
- Memprioritaskan berteman/mengikuti akun-akun yang memberi pengetahuan positif atau menginspirasi.
- Menggunakan media sosial untuk kegiatan literasi, edukasi dan advokasi.
- Membatasi waktu penggunaan gawai dan media sosial.
- Mematikan atau mengatur notifikasi.
- Mempelajari dan mengatur privasi akun
- Menggunakan satu akun untuk satu tujuan, misalnya akun berjualan digunakan untuk berjualan, bukan yang lainnya.
- Membatasi penggunaan gawai pada anak (2-7 tahun) dari segi waktu dan konten.
- Memantau penggunaan gawai anak dan remaja usia sekolah, menghindari terkoneksi dengan macam-macam media sosial.
Pemateri dari Yapkema mengajak pemuda pemudi Papua saat ini fokus menggunakan gawai untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan potensinya.
“Jangan biarkan dunia masuk ke dalam ranah pribadimu dan mengatur hidupmu, mendesakmu, merundung (bully), membuat ko tidak bangga pada dirimu, hentikan. Ambil kendali,” tegas pemateri.
Diskusi ditutup dengan sharing motivasi bersama Kaka Jose, seorang konten kreator yang menjadi contoh bagaimana menggunakan media sosial yang cerdas dan berdampak baik.
Media sosial itu adalah etalase untuk tunjukkan siapa dirimu. Karena kita orang Papua maka gunakan itu sebagai media untuk menunjukkan identitas dan eksistensi. “Koteka dan moge bukan ketertinggalan, siapa yang bilang koteka itu ketertinggalan? Saya mau bilang bahwa kehilangan uang bisa kita handalkan pengetahuan, kehilangan pengetahuan seperti hilang separuh hidup kita, namun kehilangan budaya adalah kehilangan jati diri,” tegasnya.
Jose memberi contoh bagaimana ia menyajikan konten-konten videonya dengan cermat dan penuh persiapan. “One shoot, one kill: satu peluru, langsung tembus, artinya produk yang kita tampilkan di media sosial adalah hasil kerja terbaik kita, sehingga hasilnya tepat dan menyentuh kesadaran orang,” ujar Jose.

Dia mengajak peserta untuk bermedia sosial dengan fokus pada tujuan pengembangan diri, bukan sekadar tebar status bahkan persoalan. Media sosial adalah medium yang tepat untuk menunjukkan eksistensi manusia dan alam Papua yang hebat, indah dengan pesan-pesan pemberdayaan untuk membangkitkan rasa cinta pada jati diri.
Yapkema Dapat Jadi Mitra Diskusi
Yapkema berharap dalam diskusi ini para pemuda Papua tidak hanya sekadar mengkonsumsi materi dari pengetahuan narasumber, namun mencoba menerapkan untuk mengukur dampaknya pada diri pribadi.
Di dalam segala hiruk pikuk persoalan pelanggaran HAM, marjinalisasi, eksploitasi SDA dan banyak isu lainnya, ruang-ruang temu muka sangat diperlukan untuk berdiskusi. Diskusi akan menghidupkan kepercayaan diri dan kritisisme anak muda Papua agar terus bersuara dan hidup diatas negerinya sendiri sebagai Tuan.
Keluarga besar Yapkema Papua menyampaikan Terima Kasih sebesar-besarnya kepada ketiga narasumber yang telah meluangkan waktu berbagi pengetahuan dan inspirasi.

Tak terasa, kegiatan pelatihan yang berlangsung di asrama Mahasiswa Puncak, Nabire itu berlangsung selama 7 jam hingga berakhir pukul 9 malam.
Semoga dengan kerja-kerja bersama, YAPKEMA dapat menjadi saluran pengetahuan bagi yang tak tersalurkan di ranah pendidikan formal.
Demikian.
Bidao, Uwiito.
Tuhan Yesus memberkati.