Wagete, Kabupaten Deiyai (16/3) – Dengan modal 200 pohon kopi yang ditanam di tiap pekarangan rumah masyarakat, ditambah akses pasar dan pengorganisasian petani kopi, produksi biji kopi Arabika Deiyai bisa tembus 2000 ton/tahun.
Bermodal keyakinan, tradisi, pengetahuan dan pengalaman menanam kopi arabika, potensi pengembangan kopi Deiyai sangat besar dan harus digenjot.
Hal itu mengemuka pada dialog menyambut kunjungan Kepala Bappeda Provinsi Papua, Muhammad Musa’adi di Wagete, Rabu (15/3/2017) dalam rangka tindak lanjut alokasi Gerbangmas Hasrat Papua dan alokasi infrastruktur 2015-2016 di ruang pertemuan Kantor Bappeda Kabupaten Deiyai.
Hanok Herison Pigai, Direktur Yayasan Kesejahteraan Masyarakat (Yapkema), hadir pada kesempatan itu untuk memberikan pemaparan skema pengembangan kopi arabika Deiyai di hadapan Kepala Bappeda Provinsi Papua, Muhammad Musa’ad, Kepala Bappeda Kabupaten Deiyai Frans Adii, Sekda Kabupaten Deiyai Marten Ukago, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Layuk Rombe serta jajaran Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan perwakilan petani.
Dalam skema tersebut, Yapkema memaparkan jika saja masing-masing keluarga di Kabupaten Deiyai menanam minimal 200 pohon kopi arabika maka pendapatan per keluarga berpotensi meningkat hingga Rp. 10.000.000 per tahun.
“Sedangkan target 2000 ton per tahun akan tercapai dengan syarat berdirinya 10 titik-titik pengendali yang disebut Unit Pengembangan Kopi Berbasis Masyarakat (UPKBM), dan minimal 1000 orang dapat menjadi petani kopi professional,” ujar Herison Pigai.
Menurut Yapkema, pengembangan budi daya kopi tersebut akan terhitung berhasil jika pengetahuan budi daya kopi arabika bagi masyarakat Deiyai meningkat melalui pelatihan yang terstruktur, kuantitas dan kualitas produksi meningkat sehingga bisa memenuhi permintaan pasar, bisa menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan petani, menciptakan kelembagaan ekonomi kampung, dan menyediakan bibit kopi dan fasilitas pendukung produksi.
Peran Pemkab dan pentingnya UPKBM
Menurut Herison Pigai, syarat utama berhasilnya target produksi dan pemasaran kopi arabika Deiyai terletak di model pengorganisasian petani.
Model pengorganisasian yang ditawarkan adalah pembangunan Unit Pengembangan Kopi Arabika Berbasis Masyarakat (UPKBM) yang akan mendekatkan sentral pengembangan budidaya Kopi Arabika Deiyai kepada masyarakat serta menggerakkan masyarakat untuk bersama-sama melakukan pengembangan kopi arabika Deiyai secara terfokus, terarah, terdata, terencana pada setiap kampung.
Tugas UPKBM adalah mendata seluruh masyarakat yang memiliki lahan kopi dan petani baru, memotivasi sekaligus memonitornya; sebagai tempat pelatihan dan pengembangan kebun percontohan; tempat menyimpan dan mendistibusikan bibit kopi dan pohon pelindung, alat kerja, pagar, pupuk dll; pengendalian mutu biji kopi melalui penyediaan alat pengupas kulit merah, kulit keras serta bimbingan teknis proses pengolahan biji; serta pusat konsolidasi, advokasi dan penyuluhan.
Dalam skema tersebut peran Pemerintahan Kabupaten Deiyai dan Bappeda Deiyai sangat sentral. Dan kunjungan Bappeda Provinsi Papua ke Wagete Rabu lalu adalah momentum berharga untuk meminta dukungan alokasi dana dan infstruktur guna menujang sentra pengembangan kopi ini.
“Kunjungan Ketua Bappeda Provinsi Papua terfokus pada implementasi Gerbangmas Hasrat Papua dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang Papua asli, terutama di bidang kesehatan, infrastruktur, ekonomi pertanian, dan pendidikan,” ungkap Frans Adii Ketua Bappeda Kabupaten Deiyai.
Di bidang ekonomi pertanian, lanjutnya, fokus pada pengembangan kopi arabika yang dimulai dari pekarangan rumah, tidak di kebun. “Deiyai sudah mulai dari pekarangan rumah, setidaknya 200 pohon,” ujar Adii.
Pada kesempatan itu dirinya meminta perhatian Kepala Bappeda Provinsi, Muhammad Musa’ad terkait rencana yang sesuai dengan misi Gerbangmashasrat Papua dalam hal peningkatan taraf hidup masyarakat asli Papua
“Kita memang membagi pembangunan Papua berbasis unggulan lokal yaitu apa yang sudah menjadi kehidupan rakyat, dan untuk Kabupaten Deiyai ya kopi ini,” kata dia.
Musa’ad menjanjikan bahwa Bappeda sudah melihat potensi ini dan sudah menetapkan fokusnya.
“Jadi kopi sudah kita tetapkan, dan akan fokus kesini. Ke depan alokasi anggaran akan mengikuti prioritas program, misalnya sekarang kopi maka prioritas ke sana dulu, termasuk keterpaduan dengan pembangunan infrastruktur, dengan demikian hasilnya akan tampak dan masyarakat menjadi punya kepercayaan,” ujar Musa’ad.
Dengan telah ditetapkan dan diproyeksikannya daerah Kabupaten Deiyai sebagai daerah untuk perkebunan dan kehutanan, peluang ke arah Kabupatan agrobisnis menjadi terbuka dengan tetap memperhatikan konsep pembangunan yang berkesinambungan dan lestari (sustainable development).
Niat baik pemeringah Daerah dalam mempercayakan YAPKEMA untuk menjadi motor penggerak atau menjadi suatu komponen kunci dalam menggerakkan masyarakat Deiyai mengembalikan kejayaan produksi kopi arabika terbaik adalah suatu kebanggaan yang tentu akan diperjuangkan untuk mendorong petani menumbuhkan niat menanam dan memberikan pengetahuan untuk membudidayakan potensi kopi arabika Deiyai.(*)